Dalam orasinya, mereka mendesak Kapolda Maluku untuk mencopot Kapolres Buru AKBP Sulastri Sukidjang dari jabatannya karena di anggap tidak mampu dalam penegakkan hukum terkait kegiatan penambang emas ilegal di Gunung Botak karena diduga ikut terlibat di dalamnya.
Korlap Aksi, Ikbal Koroy yang merupakan ketua bidang ( PTKP ) dalam orasinya menyampaikan ketidakpuasannya Atas kinerja Kapolres Buru di bawah bawah kepemimpinan, AKBP Sulastri Sukidjang yang terkesan membiarkan para bos penambang berkeliaran bebas tanpa adanya penegakan hukum terhadap mereka yakni HA, HS, KDP, PDD mereka memiliki 17 unit, MC Mong memiliki 17 unit, TK dan lainnya, Ada apa dengan Kapolres ??,"ujarnya.
Wakil Bendahara Umum Kohati HMI cabang Namlea, Amalia Prawira dalam orasinya sangat menyayangkan sikap salah satu oknum Reskrim Polres Buru yang diduga tidak profesional dalam melakukan pemeriksaan terhadap Ikbal Koroy terkait flayer copot Kapolres.
" Kita sangat menyayangkan sikap salah satu oknum Reskrim polres buru yang dianggap tidak profesional dalam melakukan pemeriksaan terkait dengan pemanggilan salah satu anggota aksi ( Ikbal Koroy) yang merupakan korlap aksi, Saat di panggil untuk mengklarifikasi terkait flayer copot Kapolres, Namun sesampai di polres, Saudara Ikbal diduga paksa dan di intimidasi oleh salah satu oknum Reskrim Polres Buru untuk menandatangani BAP,"ungkap Amalia.
Didalam tuntutannya, HMI Cabang Namlea mendesak Propam Polda agar segera memeriksa dan memberikan sangsi etik dan disiplin kepada Kapolres Buru, mencopot Kapolres Buru dari jabatannya, meminta kepada Kapolda Maluku dan propam Polda agar segera mungkin merealisasikan point tuntutan mereka.
Meminta dan mendesak Polres Buru agar segera menangkap dan memproses nama nama yang diduga merupakan pemilik rendaman, Tong dan Dompeng beserta B3 yang digunakan sebagai bahan pengekstrasian emas di pertambangan emas ilegal gunung botak, mendesak Polres Buru agar memperketat pengawasan atas peredaran obat obatan ( B3 ) yang diduga masuk melalui jalur laut menggunakan kapal yang berlabuh di pelabuhan Namlea dan meminta Polres Buru agar menertibkan anggotanya yang diduga terlibat aktivitas pertambangan Emas ilegal gunung Botak.
Mereka berjanji akan terus melakukan demo yang lebih besar lagi apabila tuntutan mereka tidak diindahkan yaitu menangkap para cukong yang ada dalam tuntutan mereka serta mencopot Kapolres dari jabatannya.
Dalam aksinya yang kurang lebih 3 jam yang di mulai dari depan Kampus Iqra Buru, Pasar Inpres Namlea, Simpang 5 Namlea dan berakhir di depan Polres Buru, Para mahasiswa Himpunan mahasiswa Islam ( HMI ) cabang Namlea membubarkan diri Dengan tertib dan menyerahkan tuntutan mereka yang di terima langsung oleh Kasat polairut AKP, Ar Sambas.
Kapolres Buru melalui Humas Aipda Djamaluddin Bugis ketika dikonfirmasi setelah aksi membantah apa yang di sampaikan mahasiswa saat berorasi.
" Tidak benar itu kalau ada anggota kita melakukan intimidasi dan saya tekankan disini bahwa tidak ada BAP, Adik adik kita panggil hanya untuk klarifikasi, sekali lagi saya tekankan kita cuma minta klarifikasi apa benar flayer copot kapolres itu dari mereka atau ada akun lain yang mengatas namakan mereka,"terangnya
Aipda Djamaluddin mengatakan bahwa tuntutan yang disampaikan oleh HMI Cabang Namlea akan ditindaklanjuti bila mempunyai minimal 2 alat bukti.
" Terkait dengan penegakan hukum, kami ( Polres Buru) sudah melaksanakan dengan baik sesuai dengan prosedur yang berlaku, adapun tuntutan yang disampaikan adek adek mahasiswa akan kita tindak lanjutin bila mempunyai minimal 2 alat bukti, sementara saat ini baru saja kita amankan salah satu tersangka dengan inisial" BM,"ucapnya.(RAHMAT).
Posting Komentar