SUMBA BARAT DAYA-KoreksiNews, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Tambolaka Santo Agustinus periode 2022-2024 laksanakan kaderisasi tingkat dua, yakni Masa Bimbingan (Mabim) yang dilaksanakan di Aula Kantor Desa Pogo Tena, Kec Loura, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari yakni dari tanggal 24-26 November 2023. Kegiatan tersebut mengusung tema " Melahirkan Kader yang Berkompeten dalam Menghadapi Krisis Sosial dengan Mengaktualisasikan 3 Benang Merah ( Kristuanitas, Fraternitas, dan Intelektualitas".
Diketahui, Mabim merupakan tingkat pengkaderan lanjutan setelah Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) yang di mana bertujuan untuk mengukuhkan anggota muda menjadi anggota biasa.
Ketua Presidium, Agustinus Sairo Kii, dalam sambutannya menyampaikan bahwa ia sangat bangga dengan anggota muda karena mampu bertahan dan mampu melewati setiap proses yang di perhimpunan.
"Hari ini adalah hari yang istimewa karena kami menyambut anggota baru yang telah melewati seleksi ketat untuk menjadi bagian dari organisasi PMKRI. Ini adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan dan peluang," pungkas Gusti.
"Kepada para anggota baru yang akan di Mabimkan, kami berharap Kalian akan menjalani pengalaman yang berharga selama bergabung dengan kami. Organisasi ini adalah tempat yang memungkinkan Anda untuk belajar, tumbuh, dan berkontribusi. Kami berkomitmen untuk mendukung Anda dalam mengembangkan potensi Anda dan mencapai tujuan bersama," lanjut Gusti.
Ia juga menyampaikan bahwa anggota baru yang akan dimabimkan merupakan aset berharga dalam organisasi tersebut.
"Para anggota baru yang akan di lantik adalah aset berharga bagi organisasi ini. Kami berharap Anda akan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini, berbagi ide-ide segar, dan membantu kami mencapai tujuan bersama Perhimpunan ini," ujar Gusti.
Lebih lanjut, Gusti juga menjelaskan kepada anggota baru bahwa keanggotaan dalam organisasi merupakan tanggung jawab besar untuk menjadikan organisasi lebih baik kedepannya.
"Saya ingin mengingatkan kita semua bahwa keanggotaan dalam organisasi ini bukanlah hak, tetapi sebuah tanggung jawab. Mari bersama-sama menjadikan organisasi ini lebih baik, memberikan dampak positif pada masyarakat, dan menciptakan kenangan berharga sepanjang perjalanan kita," jelas Gusti.
Sementara itu, Yustinus Gangho Ate, yang akrab disapa Yance, selaku alumni PMKRI juga menyampaikan bagaimana idealnya PMKRI saat ini dan di masa depan agar Sumba khususnya jauh lebih baik.
"Saya akan memulai isi sambutan saya dengan mengajak kita untuk melihat secara garis besar dan sederhana tanpa analisis rumit terkait kemajuan di negara-negara maju, kemudian berkaca pada itu kita merefleksikan bersama kondisi lokal kita. Memang seperti langit dan bumi jika membandingkan negara-negara maju seperti Australia, Amerika dengan Indonesia lebih-lebih Sumba, yang scope-nya kecil, tetapi untuk maju dan bersaing kita mau tidak mau harus memasang standar komparasi/perbandingan yang tinggi yang pada akhirnya memaksa kita bekerja lebih keras," tutur Yance.Dia menjelaskan, isu-isu kontemporer/kekinian di Indonesia secara umum dan Sumba secara khusus yakni Kualitas pendidikan rendah dimana di beberapa wilayah di Sumba salah satunya Kodi masih ada anak-anak SMP belum bisa membaca dan mungkin bahkan siswa-siswa SMA belum bisa membaca.
Selanjutnya, moral yang belum maju dimana banyak para pejabat yang di penjara karena kasus korupsi baik di tingkat daerah maupun di pusat.
" Sedihnya moral yang tidak maju ini bahkan merembes ke bangku pendidikan yang notebene ruang penyiapan harapan-harapan bangsa; dan dahsyatnya terjadi juga di ruang-ruang organisasi gerakan mahasiswa yang selalu bicara soal gerakan politik moral dan yang merupakan ruang penyiapan pemimpin bangsa, " ungkapnya.
Lebih lanjut, Yance mengatakan bahwa Sumba khususnya Sumba Barat Daya mayoritas penduduknya masih berada di level hidup: survival mode – kerja untuk makan – akhirnya tidak sedikit kita belum keluar dari poverty trap/jebakan kemiskinan.
" Tidak sedikit masyarakat masih berjuang dengan masalah ketersediaan air, masalah listrik masuk desa, lapangan pekerjaan yang kurang, hal ini terjadi karena ketersediaan lapangan kerja yang kurang. Ketersediaan lapangan kerja kurang terjadi karena tidak adanya political will yang kuat atau kehendak politik yang kuat dari pihak-pihak yang membuat kebijakan dalam hal ini pemerintah lokal." ucapnya.
Ia mengajak seluruh kader, anggota biasa dan anggota muda (peserta MABIM) serta simpatisan PMKRI benar-benar memahami visi misi, 3 Benang Merah dan 7 Identitas Kader sebagai pondasi ideologis, pondasi spiritualitas sosial, dan pondasi kesadaran menuju pribadi inklusif yang bermakna dan kontibutif.
"Jadikan itu darah dan dagingmu. Jadi ketika melihat isu-isu sosial-ekonomi, kita benar-benar gelisah. Jika tidak ada kegelisahan yang bergetar di batinmu itu tanda kuat bahwa kamu memang bukan kader dan anggota PMKRI – sia-sia mengikuti MPAB, MABIM dan LKK bahkan hingga KSR, KSN," ujar Yance. (JOKO)
Posting Komentar