E8lLixHRDGb1xRnfaGQAOqap3MrzuUX2KzUNPsqv
Bookmark

Ketika Wakil Rakyat Tak Lagi Menjawab: Kisah Pilu dari Maluku Untuk Seorang Anggota DPR-RI

Foto Ilustrasi
Penulis
Amirudin Soamole
Kepala Divisi KoreksNews Provinsi Maluku

SUATU KETIKA, rakyat Maluku menitipkan harapan mereka dalam surat suara. Dengan keyakinan, mereka memilih calon anggota DPR-RI yang diyakini mampu membawa suara mereka ke Jakarta. Salah satu nama yang ikut mereka perjuangkan adalah sosok berinisial "A". Inisial ini kami sebut bukan untuk menyudutkan, tetapi sebagai ikhtiar menyampaikan realita dengan tetap menjunjung etika. Sebab yang kami sampaikan adalah kekecewaan, bukan kebencian.

Dia bukan tokoh asing, dikenal luas saat masa kampanye, ramah di depan kamera, penuh janji ketika di podium, tidak sedikit masyarakat yang rela membantu mengenalkan namanya. Ada yang secara sukarela menyebarkan visi-misinya, ada yang mengajak tetangga dan kerabat untuk memilihnya. Salah satu dari mereka adalah saya sendiri.

Namun, hari ini saya menulis bukan lagi sebagai pendukung, melainkan sebagai rakyat yang merasa ditinggalkan.

Tiga hari yang lalu, saudara kandung saya meninggal dunia di Jakarta. Kami berjuang mengurus semua kebutuhan pemakaman dengan sisa tenaga dan tabungan. Alhamdulillah, jenazah sudah dimakamkan. Tapi setelah semuanya selesai, kami masih dihantui kekurangan biaya yang belum sanggup kami tutupi.

Dalam keputusasaan itu, saya teringat seseorang yang dulu saya bantu menangkan, Saya hubungi ia lewat telepon, namun tidak diangkat. Saya kirim Whatsapp, tidak dibaca. Saya coba kirim pesan lewat Messenger juga tak digubris. Sepi. Tak ada tanggapan. Bahkan sekadar satu kalimat “Turut berduka” pun tidak keluar darinya.

Awalnya saya mengira mungkin ia sedang sibuk. Tapi ternyata saya tidak sendiri. Beberapa warga lain juga mengeluh hal serupa. Mereka pernah mengirimkan pesan via Messenger ke blog Facebook pribadi milik yang bersangkutan, dan semuanya berakhir sama, tanpa balasan. Ada yang bahkan menuliskan komentar langsung di kolom postingannya, berharap mendapat perhatian. Tapi lagi-lagi, tak digubris.

Yang lebih membuat hati miris, beberapa rekan satu partainya sendiri menyebut bahwa ia memang dikenal pelit, pelit waktu, pelit perhatian, dan pelit tanggapan terhadap orang-orang di dapilnya. Julukan ini tidak muncul tiba-tiba. Ia tumbuh dari luka-luka kecil yang dikumpulkan banyak orang yang pernah berharap tapi tak pernah dijawab.

Kami sadar, anggota DPR bukan malaikat. Tapi apakah terlalu sulit sekadar menjawab? Apakah ketika rakyat mengulurkan tangan, pintu-pintu harus ditutup rapat? Apakah jabatan telah menjauhkannya dari nurani?

Kami, rakyat Maluku, tidak meminta yang mewah. Kami hanya ingin didengar. Kami ingin tahu bahwa suara yang kami berikan dulu tidak sia-sia. Kami ingin tahu bahwa kami tidak dibuang setelah suara kami dipakai.

Jika engkau membaca ini, ketahuilah, duka ini nyata. Dan kekecewaan ini bukan hanya milik saya, tapi milik banyak orang yang pernah mempercayaimu. Hari ini, engkau mungkin bisa memilih untuk diam. Tapi kelak, rakyatlah yang akan menjawab, lewat suara mereka di bilik yang sama tempat dulu mereka mempercayaimu.
Dengarkan
Pilih Suara
1x
* Mengubah pengaturan akan membuat artikel dibacakan ulang dari awal.
Posting Komentar
BAGAIMANA MENURUT ANDA