BARITO SELATAN//KoreksiNews - Pada acara pemenuhan hukum adat perkawinan antara Yepty dan Norsamsi yang digelar di Desa Sei Paken, Kecamatan Gunung Bintang Awai, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah. Jumat(27/9/2024).
Wartawam Koreksi News yang juga hadir, pada kesempatan tersebut berbincang dengan pimpinan Sanggar Seni Budaya Mar-Mas, Desa Ugang Sayu yang memeriahkan acara dengan menampilkan tradisi Iwurung Jue dan Igunung Perak.
Dalam wawancara, pimpinan sanggar, Gepor Kompi, menjelaskan makna di balik pelaksanaan tradisi ini, menurutnya, meskipun tidak wajib, acara tersebut sering dilakukan oleh keluarga yang bernazar atau memiliki kemampuan finansial.
“Sebenarnya acara ini tidak juga diharuskan, walaupun demikian, jika itu sebuah nazar keluarga ataupun keluarga yang melaksanakan acara tersebut merupakan orang mampu, alangkah baiknya dilaksanakan karena diyakini akan membawa rejeki dan keberuntungan serta kemakmuran bagi pasangan pengantin yang melaksanakannya.,” ujar Gepor Kompi.
Jelasnya, Dahulu, ritual adat ini dilakukan oleh para Balian atau Wadian, namun seiring perkembangan zaman, tanggung jawab tersebut kini diambil alih oleh sanggar tari tradisional. Meski demikian, makna dan tujuan ritual tetap sama.
Gepor Kompi berharap Sanggar Mar-Mas semakin diminati untuk acara-acara adat seperti perkawinan, penyambutan tamu, dan kegiatan budaya lainnya di Kabupaten Barito Selatan.
" Saya berharap Sanggar seni dan budaya Mar-Mas Desa Ugang Sayu ini kedepannya semakin diminati semua kalangan baik dalam acara pemenuhan hukum adat perkawinan, penyambutan tamu dan kegiatan lainnya,"ucap Gepor Kompi.
Penghulu Adat Desa Tamparak, Sunandi R yang turut diundang mengisi rangkaian acara adat Purong Pantan atau Banyang dihalangi pohon tebu/kayu dari pihak calon mempelai perempuan dan ahli waris." Pihak calon mempelai laki-laki belum bisa masuk, Kalau tidak ada upacara Adat, dalam acara Purong Pantan, para tokoh adat silih berganti berbicara dan saling menyapa, setelah itu baru bisa di buka, untuk pemotongan pohon tebu tersebut harus dibaca pakai mantra, karena kalau di potong sembarangan, bisa terjadi balas Pati atau pendek umur,"terangnya.
Selain itu, dalam proses ini disertakan pula pendudukan seperti beras ketan, beras putih, kelapa Gula merah dan uang, telur, daun sawang, serta sangku,Tatungkal dari air kelapa dan hiasan anyaman yang dibuat pakai daun kelapa.
" Ini semua untuk membersihkan nuda dari roh alam atau dari perbuatan manusia, supaya segala sesuatu suci bersih,"terang Penghulu adat ini. (Abdullah).
Posting Komentar